Monumen pertama adalah yang terletak di Alun-alun Bekasi. Masyarakat menyebutnya Tugu Perjuangan Alun-alun Bekasi. Monumen yang berbentuk tugu segi lima dengan tinggi kurang lebih 5 meter terletak persis depan Polres Bekasi. Monumen Perjuangan Rakyat bekasi ini didirikan pada tanggal 5 Juli 1955 sebagai bentuk penghargaan pemerintah kepada para pejuang Bekasi atas perannya dalam memperjuangkan dan menegakkan kemerdekaann Republik Indonesia.
Ada dua peristiwa penting yang melatari pendirian monumen ini. Pertama, peristiwa pertempuran antara rakyat Bekasi melawan pasukan Sekutu dan NICA yang terjadi pada tahun 1946. Lokasi pertempuran berpusat di sekitar alun-alun Bekasi. Pertempuran ini terjadi karena keinginan Belanda untuk menguasai kembali Indonesia dengan cara membonceng tentara Sekutu. Namun, keinginan ini ditentang keras oleh seluruh rakyat Indonesia, termasuk rakyat Bekasi. Penolakan keras rakyat Bekasi, akhirnya membangkitkan kemarahan Sekutu dengan melakukan penyerangan membabi buta terhadap front-front pertahanan para pejuang, termasuk yang berada di Alun-alun Bekasi.
Menghadapi serangan membabi buta dari Sekutu dan anteknya, rakyat Bekasi, mulai dari pemuda, sampai kakek tua renta, bahu membahu melawan pasukan sekutu yang dilengkapi dengan persenjataan modern. Rakyat hanya bermodalkan senjata hasil rampasan dari pertempuran sebelumnya dan tajamnya bambu runcing dan golok. Modal nekad ini harus dibayar mahal dengan regangan nyawa. Seketika, alun-alun menjadi kubangan darah dan yang tersisa hanyalah tekad “merdeka dari belenggu penjajahan”.
Peristiwa kedua adalah diselenggarakannya rapat umum yang digagas oleh Panitia Amanat Rakyat Bekasi pada bulan Pebruari 1950. Rapat umum ini menghasilkan sebuah resolusi yang disebut sebagai “Resolusi Rakyat Bekasi”. Resolusi ini berisi tuntutan kepada Pemerintah Pusat untuk memberikan otonomi yang lebih luas kepada rakyat Bekasi. Keinginan tersebut akhirnya terwujud pada tanggal 15 Agustus 1950 dan kemudian tanggal tersebut dijadikan sebagai Hari Jadi Kabupaten Bekasi.
Monumen Perjuangan Rakyat Bekasi
Monumen kedua yang dikunjungi berada di areal Stadion Bekasi, Jl.Ahmad Yani, tidak jauh dari Kantor Walikota Bekasi. Monumen ini didirikan pada tahun 1975 pada masa pemerintahan Bupati Abdul Fatah. Ada lima buah tugu dengan tingginya kurang lebih 17 meter yang diletakkan di tengah kolam persegi lima. Di depan lima tugu terukir cuplikan sajak karya Chairil Anwar yang berjudul Kerawang Bekasi.
Di belakang monumen ada relief yang menggambarkan perjalanan rakyat Bekasi yang dimulai pada masa VOC dan penjajahan Belanda samapi masa pembangunan Orde Baru. Relief pertama melukiskan kondisi awal Bekasi yang dikenal sebagai daerah partikelir dan perkebunan yang luas. Pada masa itu, para tuan tanah yang juga dikenal dekat dengan Pemerintah Jajahan Belanda, sangat mendominasi seluruh siklus kehidupan rakyat. Rakyat selalu berada dalam kondisi menderita karena sikap tuan tanah yang digambarkan kejam dan tanpa tenggang rasa.
Relief kedua menggambarkan kedatangan tentara Jepang yang awalnya disambut sebagai saudara tua ternyata perilakunya jauh lebih kejam dibandingkan dengan tentara Belanda. Pada relief digambarkan bagaimana tentara Jepang memaksa rakyat mengangkut beras ke truk. Pada Masa Jepang ini juga dikenal istilah kerja paksa atau romusha.
Relief ketiga menggambarkan masa setelah kemerdekaan. Diaroma yang menggambarkan jiwa patriotisme rakyat Bekasi di berbagai medan pertempuran. Salah satu peristiwa besar yang pernah terjadi adalah aksi pembakaran oleh tentara Sekutu dan Belanda yang kemudian dikenal dengan peristiwa “Bekasi Lautan Api”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar